- Tentang Dokter, Berobat ke Dokter,
- Hak-Hak Anda sebagai Pasien
- Menjadi Pasien yang Semakin Pandai
Kasus 1
(masuk di ‘redaksi yth’ sebuah berita surat kabar)
Seorang ibu hamil diperiksa di sebuah rumah sakit di bilangan Sahardjo. Kemudian, setelah pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter X, dia diberi surat pengantar ke laboratorium A untuk pemeriksaan tertentu. Ibu tersebut bertanya tentang biaya pemeriksaan tersebut di laboratorium A dan dijawab biayanya Rp 1.250.000,00. Sang ibu mencari perbandingan di laboratorium B untuk pemeriksaan yang sejenis, yang ternyata biayanya hanya sebesar Rp800.000,00.
Setelah yakin bahwa jenis dan kualitas pemeriksaan tersebut sama, ibu itu memeriksakan diri di laboratonium B. Beberapa hari kemudian, dengan membawa hasil dari laboratorium B, ibu tersebut kembali menemui dokter X di rumah sakit yang sama. DokterX bertanya, “Mengapa ibu tidak periksa di laboratonium A?” Ibu itu menjawab, “Maaf Dok, saya sudah tanya bahwa pemeriksaan di laboratorium B sama jenisnya, sedangkan biayanya lebih murah sehingga saya bisa menghemat Rp450.000,00. Lagi pula saya masih perlu menyediakan uang lebih untuk membayar biaya konsultasi dengan dokter.. ..“
Dokter tersebut, dengan menunjukkan wajah yang tidak senang berkata, “Ya sudah kalau begitu Ibu pulang saja karena Ibu tidak sakit apa-apa. Ibu itu bingung dan bertanya “Kok begitu Dok?” Dokter berkata lagi, “Lho kan Ibu belum periksa di laboratorium A, artinya ibu belum periksa apa-apa. Sekarang ibu boleh pulang karena Ibu tidak sakit.” Ibu tersebut meñceritakan pengalaman ini di sebuah surat kabar dan ia bersumpah tidak akan kembali ke dokter X dan rumah sakit itu lagi. Terlebih lagi setelah tahu bahwa dokter X adalah salah satu pemilik rumah sakit yang juga pemilik laboratorium A.
